Minggu, 06 September 2009

TITIK PULANG POKOK

BREAK EVENT POINT (BEP)

BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba dan besar kecilnya laba yang dapat dicapai akan merupakan ukuran kesuksesan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Untuk dapat mencapai laba yang besar (dalam perencanaan maupun realisasinya) management dapat melakukan berbagai langkah, misalnya:
a. menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin,
b. menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki,
c. meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.
Tetapi perlu diingat dan diperhatikan bahwa ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah karena ketiga langkah tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi dan volume produksi akan langsung mempengaruhi biaya yang selanjutnya akan berpengaruh kepada laba atau rugi akan suatu kegiatan perusahaan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian BREAK EVENT POINT
Pengertian Break Event Point adalah suatu kondisi dimana total pendapatan sama besarnya dengan total biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian atau sebagai titik dimana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap.
Break Event Point biasanya disebut juga sebagai titik pulang pokok atau titik impas. Sedangkan pengertina dari analisis Break Event Point sendiri yaitu suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi tetapi juga tidak memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol).
Analisis Break Event Point bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut, berarti belum diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung dan tidak rugi. Sasaran analisis Break Event Point tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada.

2. Perhitungan Analisis Break Event Point
Titik impas sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan 4 (tiga) pendekatan atau metode, yaitu:
1) Metode Persamaan,
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:




Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam persamaan tersebut dapat diabaikan. Perhatikan contoh berikut!
x = jumlah radio terjual
20.000 = harga jual per unit
12.000 = biaya variabel per unit
100.000.000 = total biaya tetap
Dengan demikian titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut:
20.000x = 12.000x + 100.000.000 + 0
20.000x – 12.000x = 100.000.000 + 0
8.000x = 100.000.000 + 0
x = 100.000.000/8.000
x = 12.500 unit
Selanjutnya titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan mengalikan 12.500 unit (impas dalam unit) dengan Rp20.000 (harga jual per unit produk) = Rp250.000.000,-.

2) Metode Margin Kontribusi,
Metode ini merupakan penyingkatan dari rumus metode persamaan dalam menghitung titik impas yaitu;




Maka, impas dalam unit bila dilihat dari contoh pada metode persamaan adalah:
Impas dalam unit = 100.000.000 : 8.000
= 12.500 unit
Keterangan; Margin Kontribusi per unit (8.000) = 20.000 – 12.000
dan Impas dalam rupiah = 100.000.000 : 40%
= Rp250.000.000,-
Keterangan; Rasio Margin Kontribusi (40%) = (100.000.000/250.000.000)x100%
3) Metode Grafik,
Analisis titi impas selain menggunakan dua metode di atas, analisis impas juga dapat dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik untuk perhitungan titik impas dalam rupiah dan unit penjualan berdasarkan contoh pada metode margin kontribusi dapat dibuat sebagai berikut:






















4) Pendekatan Activity-Based Costing
Dengan pendekatan activity-based costing, biaya per unitnya perlu dirinci lebih lanjut menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan berbagai tipe aktivitas.

Misal: biaya variabel Rp12.000 per unit dan biaya tetap Rp100.000.000,-. Jika kedua biaya tersebut dirinci, akan terlihat seperti berikut:
Jenis Biaya Jumlah Cost Driver Cost Driver Biaya per unit
Unit level activity costs
Biaya bahan baku Rp 6.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 500
Biaya pemasaran variabel Rp 500
unit yang dijual Rp 12.000

Batch-related activity costs 20 jam setup Rp 1.000.000
Product-sustaining activity costs 1.000 jam rekayasa Rp 30.000
Facility-sustaining activity costs Rp 50.000.000


Biaya tetap yang dijadikan pembilang dalam rumus penghitungan impas dirinci sebagai berikut:
Batch-related activity costs 20 x Rp1.000.000 Rp20.000.000,-
Product-sustaining activity costs 1.000 x Rp30.000 Rp30.000.000,-
Facility-sustaining activity costs Rp50.000.000,-
Biaya tetap dengan pendekatan activity-based costing Rp100.000.000,-
Impas = (facility-sustaining activity costs + product-sustaining activity cost + batch-related activity cost) / (harga jual per unit – unit level activity costs per unit)
= (Rp50.000.000 + (20 x Rp1.000.000) + (1.000 x Rp30.000)) / (Rp20.000 – Rp12.000)
= 12.500 unit
Dari beberapa perhitungan pendekatan di atas, hasil yang diperoleh adalah sama.

3. Anggapan-Anggapan dan Keterbatasan Break Event Point
Anggapan merupakan suatu konsep dasar atau dasar pemikiran yang harus diterapkan walaupun anggapan-anggapan tersebut mungkin tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian, semakin banyak anggapan yang digunakan akan banyak pula kelemahan yang terdapat pada analisis tersebut.
Konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa Break Event Point adalah sebagai berikut:
a. bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.
b. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti operasi.
c. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan.
d. Harga jual per satuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
e. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.

4. Margin of Safety (Margin Keamanan)
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita rugi. Jika impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi.
Margin of safety atau margin keamanan merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada Break Event Point. Hasil perhitungannya menunjukkan jumlah seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada Break Event Point. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam satuan unit, satuan uang, dan presentase.
Margin of safety dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sebagai contoh, PT. SMR menjual 17.500 unit radio @ Rp20.000,- dengan titik impasnya 12.500 unit. Dengan menggunakan rumus, maka margin keamanan selanjutnya dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Penjualan (17.500 x Rp20.000,-) = Rp350.000.000,- …… a
Titik impas, pada 12.500 unit = Rp250.000.000,-
Margin keamanan dalam rupiah = Rp100.000.000,- ....... b
Margin keamanan dalam % = 28,57% ………………b/a
Margin keamanan dalam unit (b/Rp20.000) = 5.000 unit

5. Akibat Perubahan Berbagai Faktor
Salah satu aspek yang penting dalam analisa Break Event Point bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Faktor-faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisa Break Event Point antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix).
a. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan akan berubah pula, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat Break Event Point akan berubah pula.
Sebagai contoh, Perusahaan Nurani mempunyai data biaya tetap sebesar Rp 18.000.000,-; biaya variable Rp26.000.000,- dan penjualan sebesar Rp50.000.000,- dapat menekan besarnya biaya tetap sebesar 10%. Maka tingkat Break Event Point yang baru dapat dihitung sebagai berikut:
Break Event Point = Biaya tetap x 90%_____
1 – (Biaya variable:penjualan)
= Rp18.000.000,- x 90%______
1 – (Rp26.000.000,-:Rp50.000.000,-)
= Rp 33.750.000,- atau 135.000 satuan.

b. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya penjualan pada tingkat Break Event Point juga akan berubah. Management perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya Break Event Point.
Berdasarkan contoh yang ada pada perubahan biaya tetap, biaya variable akan naik sebesar 10% dengan demikian tingkat Break Event Point yang baru adalah:
Break Event Point = biaya tetap__________
1 – ((biaya variable x 110%):penjualan
= Rp18.000.000,-______________
1 – ((Rp26.000.000,-x110%):Rp50.000.000,-)
= Rp42.056.075,- atau 168.225 satuan.

c. Perubahan Komposisi Penjualan
Analisa Break Event Point atau analisa biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan menjual satu macam barang atau secara total. Apabila komposisinya berubah maka Break Event Point-nya secara total akan berubah pula.
Untuk lebih jelas, lihatlah contoh berikut ini:
Barang A Barang B Total

Unit yang dijual 100.000 satuan 200.000 satuan 300.000 satuan
Hasil Penjualan Rp 40,000,000 Rp 50,000,000 Rp 90,000,000
Biaya Tetap Rp 10,000,000 Rp 20,000,000 Rp 30,000,000
Biaya Variabel Rp 29,000,000 Rp 25,000,000 Rp 54,000,000
Laba Rp 1,000,000 Rp 5,000,000 Rp 6,000,000

Dari data di atas, dapat diketahui, bahwa:
Komposisi produksi A:B = 1:2 yaitu 100.000:200.000
Komposisi penjualan A:B = 4:5 yaitu Rp40.000.000,- : Rp50.000.000,-
Break Event Point Total = Rp30.000.000,-_________
1 – (Rp54.000.000,- : Rp90.000.000,-)
= Rp75.000.000,-
Break Event Point A = Rp10.000.000,-________
1 – (Rp29.000.000,-:Rp40.000.000,-)
= Rp36.363.363,36
Break Event Point B = Rp20.000.000,-________
1 – (Rp25.000.000,-:Rp50.000.000,-)
= Rp40.000.000,-
Untuk menentukan besarnya penjualan masing-masing barang agar secara total diperoleh Break Event Point maka dapat digunakan dengan komposisinya sebagai berikut:
Komposisi penjualan = 4 : 5
Penjualan barang A = 4/9 x Rp75.000.000,- = Rp33.333.333,33
Penjualan barang B = 5/9 x Rp75.000.000,- = Rp41.666.666,67.
Kuantitas penjualan masing-masing barang:
Komposisi produksi = 1 : 2
Kwantitas barang A = Rp33.333.333,33 : 400 = 83.333,33 satuan
Kwantitas barang B = Rp41.666.666,67 : 250 = 166.666,67 satuan
Komposisi tetap 1 : 2 yaitu 83.333,33 : 166.666,67.

6. Kegunaan Analisa Break Event Point bagi Manajemen
Hubungan antara biaya, volume dan laba dipengaruhi oleh lima faktor atau suatu kombinasi faktor-faktor berikut ini: 1) harga jual per satuan, 2) volume penjualan, 3) komposisi produk yang dijual, 4) biaya variabel per satuan, dan 5) total biaya tetap. Agar perencanaan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih, impas, dan return of investment perusahaan.
Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya dan penyajian informasi tersebut dalam grafik laba dan volume merupakan alat yang efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek. Hal ini memungkinkan manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan atau usaha-usaha yang akan dilaksanakan dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba, sehingga manajemen dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.
Hasil analisa Break Event Point memberikan gambaran tentang hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat memb antu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajement dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapi, misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya: apakah pebnambahan/penggantian aktiva tetap ini memungkinkan ditinjau dari segi ekonomi atau apakah dengan penambahan/penggantian aktiva tetap akan menguntungkan bagi perusahaan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menghadapi masalah-masalah ini adalah:
• manajemen mempertimbangkan untuk menambah investasinya dalam aktiva tetap dengan cara memodernisir mesin-mesin yang sekarang dimiliki.
• menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang.
• Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut.
Kegunaan lain dari analisa Break Event Point bagi manajemen adalah bantuannya dalam pengambilan keputusan menutup usaha atau tidak (dapat memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja).


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pengertian Break Event Point adalah suatu kondisi dimana total pendapatan sama besarnya dengan total biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian atau sebagai titik dimana total margin kontribusi sama dengan total biaya tetap.
Ada 4 metode yang dapat digunakan dalam menghitung analisis Break Event Point, yaitu: metode persamaan, metode margin kontribusi, metode grafik dan metode pendekatan activity-based costing.
Analisis impas menghasilkan informasi volume penjualan yang menghasilkan laba sama dengan nol.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2006. AKUNTANSI MANAJEMEN. Salemba 4: Jakarta.

Munawir. 2004. ANALISA LAPORAN KEUANGAN. Liberti: Yogyakarta.

Samryn. 2001. AKUNTANSI MANAJERIAL. Grafindo: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar