MAKALAH
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
METODE PROBLEM SOLVING
disusun oleh;
KELOMPOK : 7
1. SURYA NINGSIH 071277110005
2. SUJARWO 071277110011
3. RIKA WARTINI 071277110009
4. WINDA SYAFRIZA 071277110017
5. RIMA PURNAMA RITONGA 071277110076
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIMED
2009
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar mengajar dan cara menentukan metode yang sesuai dengan tujuan dan kondisi psikologi anak didik. Pembahasan berikut ini akan membahas mengenai metode pemecahan masalah. Dengan adanya uraian ini pembaca akan mendapatkan gambaran mengenai metode tersebut.
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Adapun bagian-bagian yang akan disinggung dalam makalah ini adalah pengertian dari metode pemecahan masalah, langkah penggunaannya, kelebihan dan kekurangannya dan hal-hal lain yang berkaitan.
Mungkin dalam penulisan makalah ini terdapat ketidaksempurnaan dan kekurangan mengenai pembahasan. Penulis mengharapkan masukan atas makalah ini untuk kesempurnaannya di lain waktu.
Terima kasih.
PEMBAHASAN
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru - anak didik dlm perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas. Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan. Sebaliknya siswa dalam kondisi tidak belajar adalah kontradiksi dari aktivitas tersebut, mereka hanya berdiam diri, beraktivitas tak relevan, pasif, atau menghindar. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembelajaran pikiran siswa fokus pada materi belajar dan tidak memikirkan hal di luar itu, pengembangan pikiran tentang materi bahan ajar dilakukan dengan melakukan dan mengkomunikasikannya agar menjadi bermakna (Peter Sheal, 1989).
Belajar yang sesungguhnya tidak menerima beegitu saja konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan dari mana konsep tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan. Karena belajar berkonotasi pada aktivitas siswa, sedangkan aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional, maka sepantasnya suasana pembelajaran yang kondusif dalam keadaan nyaman dan menyenangkan (De Porter, 1992), inilah tugas seorang guru sebagai pendidik. Dengan suasana yang kondusif maka muncullah motivasi dan kreativitas, kondisi inilah cikal bakal aktivitas belajar dengan indikator tersebut di atas. Hal ini sesuai dengan istilah pembelajaran dengan prinsip Pakem, yaitu Pembelajaran Pktif, Kreatif, dan Menyenangkan. Sebagai alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, dalam menyusun RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) , penulis menawarkan untuk digunakan suatu model atau pendekatan pembelajaran sehingga siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa. Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan fasilitator. Pembelajaran dengan cara seperti di atas, yaitu dengan cara guru melaksanakan pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan dengan informasi melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berfikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning community agar siswa bisa dan terbiasa berkolaborasi-berkomunikasi berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereview kembali pengalaman belajarnya untuk koreksi dan revisi, serta authentic assessment agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-model tersebut di atas, ini tidak sulit kalau sudah terbiasa, yang penting ada kemauan kuat untuk mengubah dan meningkatkan kualitas diri. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pelaksanaan pembelajaran model tersebut, karena orientasinya pada proses sehingga siswa memiliki kompetensi kemampuan, dan keterampilan yang tidak sekedar mengetahui dan memahami. Jangan lupa bahwa kondisi emosional individu akan mempengaruhi pemikiran dan perilakunya, oleh karena itu model pembelajaran tersebut akan terlaksana dengan optimal jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya: mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Urutan jenis-jenis belajar tersebut merupakan tahapan belajar yang bersifat hierarkis. Jenis belajar yang pertama merupakan prasyarat bagi berlangsungnya jenis belajar berikut. Seorang individu tidak akan mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya.
Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Belajar Pemecahan Masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buu, meneliti, bertanya, dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betu-bet yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Catatan: Metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan sendiri dengan bimbingan dari para pengajar.
Metode Problem Soving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan Metode Problem Solving
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakana bagi kehidupan manusia.
c. Metode ini merangsang pegembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
d. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
e. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
f. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
g. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
2. Kekurangan Metode Probem Solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
d. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Agar siswa dapat berhasil dalam belajar pemecahan masalah, mereka harus memiliki:
1. kemampuan mengingat konsep, aturan atau hokum yang telah dipelajari. Misalnya, dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika, siswa harus mampu mengingat aturan-aturan perhitungan dan dapat mengingatnya dalam waktu yang cepat,
2. inforamsi yang terorganisasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, serta
3. kemampuan strategi kognitid, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk mengarahkan dan memonitor penggunaan konsep-konsep atau aturan. Misalnya kemampuan dalam memilih dan mengubah cara-cara mempelajari, mengingat, dan memikirkan sesuatu. Kemampuan ini merupakan keterampilan internal ang terorganisasi, yang memperngaruhi proses berpikir individu. Contoh kemampuan strategi kognitif adalah cara menganalisis masalah, teknik berpikir, pendekatan masalah, dan sebagainya. Fungsi dari strategi kognitif adalah memecahkan masalah secara praktis dan efisien.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti, masalah tersebut belu pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu, masalah yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.
Agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengingat kembali konsep, hokum, atau aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Petunjuk tersebut dapat juga berupa bimbingan dalam mengarahkan pemikiran siswa.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/
Bahri, Syaiful, dkk. 1995. Strategi BELAJAR MENGAJAR. Banjarmasin. RINEKA CIPTA
http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=3
Winataputra, Udin, dkk. Teori Belajar dan Pembelajarn. Jakarta. Universitas Terbuka
Senin, 12 Oktober 2009
MAKALAH
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
METODE PROBLEM SOLVING
Oleh;
KELOMPOK : 7
1. SURYA NINGSIH 071277110005
2. SUJARWO 071277110011
3. RIKA WARTINI 071277110009
4. WINDA SYAFRIZA 071277110017
5. RIMA PURNAMA RITONGA 071277110076
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIMED
2009
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar mengajar dan cara menentukan metode yang sesuai dengan tujuan dan kondisi psikologi anak didik. Pembahasan berikut ini akan membahas mengenai metode pemecahan masalah. Dengan adanya uraian ini pembaca akan mendapatkan gambaran mengenai metode tersebut.
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Adapun bagian-bagian yang akan disinggung dalam makalah ini adalah pengertian dari metode pemecahan masalah, langkah penggunaannya, kelebihan dan kekurangannya dan hal-hal lain yang berkaitan.
Mungkin dalam penulisan makalah ini terdapat ketidaksempurnaan dan kekurangan mengenai pembahasan. Penulis mengharapkan masukan atas makalah ini untuk kesempurnaannya di lain waktu.
Terima kasih.
PEMBAHASAN
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru - anak didik dlm perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas. Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan. Sebaliknya siswa dalam kondisi tidak belajar adalah kontradiksi dari aktivitas tersebut, mereka hanya berdiam diri, beraktivitas tak relevan, pasif, atau menghindar. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembelajaran pikiran siswa fokus pada materi belajar dan tidak memikirkan hal di luar itu, pengembangan pikiran tentang materi bahan ajar dilakukan dengan melakukan dan mengkomunikasikannya agar menjadi bermakna (Peter Sheal, 1989).
Belajar yang sesungguhnya tidak menerima beegitu saja konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan dari mana konsep tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan. Karena belajar berkonotasi pada aktivitas siswa, sedangkan aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional, maka sepantasnya suasana pembelajaran yang kondusif dalam keadaan nyaman dan menyenangkan (De Porter, 1992), inilah tugas seorang guru sebagai pendidik. Dengan suasana yang kondusif maka muncullah motivasi dan kreativitas, kondisi inilah cikal bakal aktivitas belajar dengan indikator tersebut di atas. Hal ini sesuai dengan istilah pembelajaran dengan prinsip Pakem, yaitu Pembelajaran Pktif, Kreatif, dan Menyenangkan. Sebagai alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, dalam menyusun RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) , penulis menawarkan untuk digunakan suatu model atau pendekatan pembelajaran sehingga siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa. Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan fasilitator. Pembelajaran dengan cara seperti di atas, yaitu dengan cara guru melaksanakan pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan dengan informasi melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berfikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning community agar siswa bisa dan terbiasa berkolaborasi-berkomunikasi berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereview kembali pengalaman belajarnya untuk koreksi dan revisi, serta authentic assessment agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-model tersebut di atas, ini tidak sulit kalau sudah terbiasa, yang penting ada kemauan kuat untuk mengubah dan meningkatkan kualitas diri. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pelaksanaan pembelajaran model tersebut, karena orientasinya pada proses sehingga siswa memiliki kompetensi kemampuan, dan keterampilan yang tidak sekedar mengetahui dan memahami. Jangan lupa bahwa kondisi emosional individu akan mempengaruhi pemikiran dan perilakunya, oleh karena itu model pembelajaran tersebut akan terlaksana dengan optimal jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya: mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Urutan jenis-jenis belajar tersebut merupakan tahapan belajar yang bersifat hierarkis. Jenis belajar yang pertama merupakan prasyarat bagi berlangsungnya jenis belajar berikut. Seorang individu tidak akan mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya.
Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Belajar Pemecahan Masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buu, meneliti, bertanya, dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betu-bet yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Catatan: Metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan sendiri dengan bimbingan dari para pengajar.
Metode Problem Soving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan Metode Problem Solving
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakana bagi kehidupan manusia.
c. Metode ini merangsang pegembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
d. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
e. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
f. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
g. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
2. Kekurangan Metode Probem Solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
d. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Agar siswa dapat berhasil dalam belajar pemecahan masalah, mereka harus memiliki:
1. kemampuan mengingat konsep, aturan atau hokum yang telah dipelajari. Misalnya, dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika, siswa harus mampu mengingat aturan-aturan perhitungan dan dapat mengingatnya dalam waktu yang cepat,
2. inforamsi yang terorganisasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, serta
3. kemampuan strategi kognitid, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk mengarahkan dan memonitor penggunaan konsep-konsep atau aturan. Misalnya kemampuan dalam memilih dan mengubah cara-cara mempelajari, mengingat, dan memikirkan sesuatu. Kemampuan ini merupakan keterampilan internal ang terorganisasi, yang memperngaruhi proses berpikir individu. Contoh kemampuan strategi kognitif adalah cara menganalisis masalah, teknik berpikir, pendekatan masalah, dan sebagainya. Fungsi dari strategi kognitif adalah memecahkan masalah secara praktis dan efisien.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti, masalah tersebut belu pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu, masalah yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.
Agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengingat kembali konsep, hokum, atau aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Petunjuk tersebut dapat juga berupa bimbingan dalam mengarahkan pemikiran siswa.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/
Bahri, Syaiful, dkk. 1995. Strategi BELAJAR MENGAJAR. Banjarmasin. RINEKA CIPTA
http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=3
Winataputra, Udin, dkk. Teori Belajar dan Pembelajarn. Jakarta. Universitas Terbuka
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
METODE PROBLEM SOLVING
Oleh;
KELOMPOK : 7
1. SURYA NINGSIH 071277110005
2. SUJARWO 071277110011
3. RIKA WARTINI 071277110009
4. WINDA SYAFRIZA 071277110017
5. RIMA PURNAMA RITONGA 071277110076
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIMED
2009
PENDAHULUAN
Dalam kegiatan belajar mengajar dan cara menentukan metode yang sesuai dengan tujuan dan kondisi psikologi anak didik. Pembahasan berikut ini akan membahas mengenai metode pemecahan masalah. Dengan adanya uraian ini pembaca akan mendapatkan gambaran mengenai metode tersebut.
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Adapun bagian-bagian yang akan disinggung dalam makalah ini adalah pengertian dari metode pemecahan masalah, langkah penggunaannya, kelebihan dan kekurangannya dan hal-hal lain yang berkaitan.
Mungkin dalam penulisan makalah ini terdapat ketidaksempurnaan dan kekurangan mengenai pembahasan. Penulis mengharapkan masukan atas makalah ini untuk kesempurnaannya di lain waktu.
Terima kasih.
PEMBAHASAN
Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru - anak didik dlm perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas. Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang dilakukan, yaitu perhatian fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba, menduga, atau menemukan. Sebaliknya siswa dalam kondisi tidak belajar adalah kontradiksi dari aktivitas tersebut, mereka hanya berdiam diri, beraktivitas tak relevan, pasif, atau menghindar. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembelajaran pikiran siswa fokus pada materi belajar dan tidak memikirkan hal di luar itu, pengembangan pikiran tentang materi bahan ajar dilakukan dengan melakukan dan mengkomunikasikannya agar menjadi bermakna (Peter Sheal, 1989).
Belajar yang sesungguhnya tidak menerima beegitu saja konsep yang sudah jadi, akan tetapi siswa harus memahami bagaimana dan dari mana konsep tersebut terbentuk melalui kegiatan mencoba dan menemukan. Karena belajar berkonotasi pada aktivitas siswa, sedangkan aktivitas individu dapat dipengaruhi oleh kondisi emosional, maka sepantasnya suasana pembelajaran yang kondusif dalam keadaan nyaman dan menyenangkan (De Porter, 1992), inilah tugas seorang guru sebagai pendidik. Dengan suasana yang kondusif maka muncullah motivasi dan kreativitas, kondisi inilah cikal bakal aktivitas belajar dengan indikator tersebut di atas. Hal ini sesuai dengan istilah pembelajaran dengan prinsip Pakem, yaitu Pembelajaran Pktif, Kreatif, dan Menyenangkan. Sebagai alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, dalam menyusun RPP (Rencana Perbaikan Pembelajaran) , penulis menawarkan untuk digunakan suatu model atau pendekatan pembelajaran sehingga siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan dan memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa. Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi dari guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkontruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Siswa harus tahu makna belajar dan menyadarinya, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya dapat dipergunakan untuk bekal kehidupannya. Di sinilah tugas guru untuk mengatur strategi pembelajaran dengan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan yang baru dan memanfaatkannya. Siswa menjadi subjek belajar sebagai pemain dan guru berperan sebagai pengatur kegiatan pembelajaran (sutradara) dan fasilitator. Pembelajaran dengan cara seperti di atas, yaitu dengan cara guru melaksanakan pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan dengan informasi melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berfikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning community agar siswa bisa dan terbiasa berkolaborasi-berkomunikasi berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereview kembali pengalaman belajarnya untuk koreksi dan revisi, serta authentic assessment agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-model tersebut di atas, ini tidak sulit kalau sudah terbiasa, yang penting ada kemauan kuat untuk mengubah dan meningkatkan kualitas diri. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pelaksanaan pembelajaran model tersebut, karena orientasinya pada proses sehingga siswa memiliki kompetensi kemampuan, dan keterampilan yang tidak sekedar mengetahui dan memahami. Jangan lupa bahwa kondisi emosional individu akan mempengaruhi pemikiran dan perilakunya, oleh karena itu model pembelajaran tersebut akan terlaksana dengan optimal jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya: mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Urutan jenis-jenis belajar tersebut merupakan tahapan belajar yang bersifat hierarkis. Jenis belajar yang pertama merupakan prasyarat bagi berlangsungnya jenis belajar berikut. Seorang individu tidak akan mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya.
Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Belajar Pemecahan Masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buu, meneliti, bertanya, dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betu-bet yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Catatan: Metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan sendiri dengan bimbingan dari para pengajar.
Metode Problem Soving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1. Kelebihan Metode Problem Solving
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakana bagi kehidupan manusia.
c. Metode ini merangsang pegembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
d. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
e. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
f. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
g. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
2. Kekurangan Metode Probem Solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
d. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Agar siswa dapat berhasil dalam belajar pemecahan masalah, mereka harus memiliki:
1. kemampuan mengingat konsep, aturan atau hokum yang telah dipelajari. Misalnya, dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika, siswa harus mampu mengingat aturan-aturan perhitungan dan dapat mengingatnya dalam waktu yang cepat,
2. inforamsi yang terorganisasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, serta
3. kemampuan strategi kognitid, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk mengarahkan dan memonitor penggunaan konsep-konsep atau aturan. Misalnya kemampuan dalam memilih dan mengubah cara-cara mempelajari, mengingat, dan memikirkan sesuatu. Kemampuan ini merupakan keterampilan internal ang terorganisasi, yang memperngaruhi proses berpikir individu. Contoh kemampuan strategi kognitif adalah cara menganalisis masalah, teknik berpikir, pendekatan masalah, dan sebagainya. Fungsi dari strategi kognitif adalah memecahkan masalah secara praktis dan efisien.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti, masalah tersebut belu pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu, masalah yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.
Agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengingat kembali konsep, hokum, atau aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Petunjuk tersebut dapat juga berupa bimbingan dalam mengarahkan pemikiran siswa.
DAFTAR PUSTAKA
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/
Bahri, Syaiful, dkk. 1995. Strategi BELAJAR MENGAJAR. Banjarmasin. RINEKA CIPTA
http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=3
Winataputra, Udin, dkk. Teori Belajar dan Pembelajarn. Jakarta. Universitas Terbuka
PENGKHUSUSAN DAN KOMBINASI BADAN USAHA
JOINT VENTURE ialah kerjasama antara beberapa perusahaan yang berasal dari beberapa negara menjadi satu perusahaan untuk mencapai konsentrasi kekuatan-kekuatan ekonomi, tanpa memandang besar kecilnya modal, kekuasaan ekonomi ataupun lokasi masing-masing partner yang bersangkutan.
CIRI - CIRI JOINT VENTURE;
1) perusahaan baru yang didirikan oleh beberapa perusahaan lain secara bersama-sama,
2) modalnya berupa saham yang disediakan oleh perusahaan pendiri dengan perbandingan tertentu,
3) kekuasaan dan hak suara didasarkan pada banyak saham masing-masing perusahaan pendiri,
4) memiliki eksistensi dan kebebasan masing-masing,
5) kerjasama antara perusahaan domestik dan asing, dan
6) resiko ditanggung secara bersama-sama.
Joint venture harus memiliki bentuk hukum PT (Perseroan Terbatas).
Joint venture dipimpin oleh Dewan Direktur yang dipilih oleh para pemegang saham.
KARTEL ialah bentuk persekutuan antara beberapa perusahaan sejenis di bawah suatu perjanjian tertentu.
MACAM-MACAM KARTEL;
a) Kartel Daerah : membagi daerah pemasaran yang boleh dikuasai,
b) Kartel Produksi : menentukan luas produksi masing-masing,
c) Kartel Kondisi : mengatur syarat-syarat penjualan (penyerahan barang, tempat penjualan, penjualan tunai atau kredit, potongan dan sebagainya),
d) Kartel Harga : tidak boleh menjual dengan harga yang lebih rendah dari yang ditentukan tetapi boleh lebih tinggi,
e) Kartel Pembagian Laba : cara pembagian dan besar laba yang diterima masing-masing anggota.
CIRI - CIRI JOINT VENTURE;
1) perusahaan baru yang didirikan oleh beberapa perusahaan lain secara bersama-sama,
2) modalnya berupa saham yang disediakan oleh perusahaan pendiri dengan perbandingan tertentu,
3) kekuasaan dan hak suara didasarkan pada banyak saham masing-masing perusahaan pendiri,
4) memiliki eksistensi dan kebebasan masing-masing,
5) kerjasama antara perusahaan domestik dan asing, dan
6) resiko ditanggung secara bersama-sama.
Joint venture harus memiliki bentuk hukum PT (Perseroan Terbatas).
Joint venture dipimpin oleh Dewan Direktur yang dipilih oleh para pemegang saham.
KARTEL ialah bentuk persekutuan antara beberapa perusahaan sejenis di bawah suatu perjanjian tertentu.
MACAM-MACAM KARTEL;
a) Kartel Daerah : membagi daerah pemasaran yang boleh dikuasai,
b) Kartel Produksi : menentukan luas produksi masing-masing,
c) Kartel Kondisi : mengatur syarat-syarat penjualan (penyerahan barang, tempat penjualan, penjualan tunai atau kredit, potongan dan sebagainya),
d) Kartel Harga : tidak boleh menjual dengan harga yang lebih rendah dari yang ditentukan tetapi boleh lebih tinggi,
e) Kartel Pembagian Laba : cara pembagian dan besar laba yang diterima masing-masing anggota.
OBYEKTIFITAS DAN SUBYEKTIFITAS DALAM SEJARAH
Subyektifitas dalam sejarah berarti cerita sejarah itu telah mendapat pengaruh dan purbasangka (prasangka) dari penulisnya.
Obyektifitas sejarah ialah kisah sejarah tersebut hanya menunjukkan apa yang benar-benar telah terjadi (Leopold Von Ranke).
Obyektifitas sejarah berupa fakta/bukti.
Empat (4) faktor yang mendorong munculnya subyektifitas dalam sejarah, ialah;
- Sikap berat sebelah pribadi (Personal bias),
- Prasangka kelompok (Group Prejudic),
- Teori-teori penafsiran sejarah yang berbeda,
- Konflik-konflik filsafat yang mendasar.
Obyektifitas sejarah ialah kisah sejarah tersebut hanya menunjukkan apa yang benar-benar telah terjadi (Leopold Von Ranke).
Obyektifitas sejarah berupa fakta/bukti.
Empat (4) faktor yang mendorong munculnya subyektifitas dalam sejarah, ialah;
- Sikap berat sebelah pribadi (Personal bias),
- Prasangka kelompok (Group Prejudic),
- Teori-teori penafsiran sejarah yang berbeda,
- Konflik-konflik filsafat yang mendasar.
GUNA SEJARAH
Guna sejarah ada 2, yaitu;
1) Secara Instrinsik, meliputi:
- sejarah sebagai ilmu (filsafat, teori sejarah, metode sejarah dan ilmu lain),
- cara mengetahui masa lampau,
- sebagai pernyataan pendapat,
- sebagai profesi.
2) Secara Ekstrinsik,
Digunakan sebagai liberal education.
Monokausal ialah pikiran yang menyatakan bahwa sebab terjadinya peristiwa itu hanya satu.
Plurikausal ialah yang menjadi penyebab itu banyak.
Sejarawan harus berpikir secara multidimensi.
1) Secara Instrinsik, meliputi:
- sejarah sebagai ilmu (filsafat, teori sejarah, metode sejarah dan ilmu lain),
- cara mengetahui masa lampau,
- sebagai pernyataan pendapat,
- sebagai profesi.
2) Secara Ekstrinsik,
Digunakan sebagai liberal education.
Monokausal ialah pikiran yang menyatakan bahwa sebab terjadinya peristiwa itu hanya satu.
Plurikausal ialah yang menjadi penyebab itu banyak.
Sejarawan harus berpikir secara multidimensi.
GEOGRAFI
Geografi terapan ialah teori yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang terkandung makna dari kegiatan ekonomi karena melihat faktor di lapangan.
GEOGRAFI ialah ilmu pengetahuan yang secara khusus berusaha memahami atau menafsirkan relasi tersebut secara menyeluruh artinya dalam dimensi ruang dan waktu.
GEOGRAFI SOSIAL mengandung 2 arti, yaitu; 1)geografi sosial sebagai geografi fisis ialah geografi sosial dalam arti luas bermakna, adalah: geografi masyarakat (manusia) dan 2) geografi sosial (arti sempit) ialah cabang dari geografi masyarakat manusia.
GEOGRAFI SEBAGAI HABITAT MANUSIA maksudnya adalah tempat tinggal manusia.
Habitat manusia terbentuk oleh koekosistensi berbagai unsur alam seperti; iklim, tanah, air, batu, tanaman, hewan, interelasi unsur-unsur tersebut.
UNSUR FISIS ialah alam wajar merupakan basis bagi kehidupan manusia di wilayah perkotaan dan di pedesaan.
OBJEK GEOGRAFI ialah fenomena/gejala yang ada pada geosfer.
GEOSFER ialah sistem bumi yang merupakan hasil hubungan timbal-balik (interrelasi), saling pengaruh (interaksi) dan saling ketergantungan (interdependensi) antara atmosfer (lapisan udara), hidrosfer (air di bumi/daur hidrologi).
KONSEP GEOGRAFI ialah; wilayah, region, sumber daya manusia, dan sumber daya alam.
PERBEDAAN GEOGRAFI ABAD 19 dan ABAD 20;
Abad ke-19 : hanya menceritakan alam sekitar, contoh hanya flora dan fauna.
Abad ke-20 : menceritakan alam sekitar beserta dengan kehidupan-kehidupan sosial yang ada di dalamnya.
PARADIGMA adalah suatu kerangka waktu.
Yang membedakan geografi dengan ekonomi adalah obyek formal yaitu pendekatan ke ruangan.
EKSPLORASI ialah hanya penilaian sedangkan EKSPLOITASI ialah pengolahan sampai pendiagnosaan.
GEOGRAFI ialah ilmu pengetahuan yang secara khusus berusaha memahami atau menafsirkan relasi tersebut secara menyeluruh artinya dalam dimensi ruang dan waktu.
GEOGRAFI SOSIAL mengandung 2 arti, yaitu; 1)geografi sosial sebagai geografi fisis ialah geografi sosial dalam arti luas bermakna, adalah: geografi masyarakat (manusia) dan 2) geografi sosial (arti sempit) ialah cabang dari geografi masyarakat manusia.
GEOGRAFI SEBAGAI HABITAT MANUSIA maksudnya adalah tempat tinggal manusia.
Habitat manusia terbentuk oleh koekosistensi berbagai unsur alam seperti; iklim, tanah, air, batu, tanaman, hewan, interelasi unsur-unsur tersebut.
UNSUR FISIS ialah alam wajar merupakan basis bagi kehidupan manusia di wilayah perkotaan dan di pedesaan.
OBJEK GEOGRAFI ialah fenomena/gejala yang ada pada geosfer.
GEOSFER ialah sistem bumi yang merupakan hasil hubungan timbal-balik (interrelasi), saling pengaruh (interaksi) dan saling ketergantungan (interdependensi) antara atmosfer (lapisan udara), hidrosfer (air di bumi/daur hidrologi).
KONSEP GEOGRAFI ialah; wilayah, region, sumber daya manusia, dan sumber daya alam.
PERBEDAAN GEOGRAFI ABAD 19 dan ABAD 20;
Abad ke-19 : hanya menceritakan alam sekitar, contoh hanya flora dan fauna.
Abad ke-20 : menceritakan alam sekitar beserta dengan kehidupan-kehidupan sosial yang ada di dalamnya.
PARADIGMA adalah suatu kerangka waktu.
Yang membedakan geografi dengan ekonomi adalah obyek formal yaitu pendekatan ke ruangan.
EKSPLORASI ialah hanya penilaian sedangkan EKSPLOITASI ialah pengolahan sampai pendiagnosaan.
BISNIS DAN LINGKUNGAN BISNIS
TUJUAN BISNIS ialah; mempertahankan perusahaan, mendapatkan keuntungan, dan pertanggungjawaban terhadap masyarakat.
FAKTOR-FAKTOR BISNIS ialah; pemilik, pengelola/manajer, konsumen/nasabah, tenaga kerja/SDM.
PASAR merupakan tempat transaksi pertukaran barang antaran pembeli dengan penjual.
USAHA YANG TIDAK MENCARI KEUNTUNAN yaitu; Rumah Sakit, Panti Asuhan, Panti Jompo, Tempat Ibadah, Sukarelawan, Palang Merah Indonesia, Pemadam Kebakaran. Semuanya itu merupakan kegiatan-kegiatan sosial.
BISNIS ialah; segala bentuk kegiatan/aktivitas yang berupa finansial yang dapat menguntungkan.
PENGERTIAN BISNIS, menurut;
1) HUGUES = usaha individu dalam mencari keuntungan dengan menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kepentingan masyarakat.
2) BROWN = usaha lembaga dalam pengadaan barang/jasa untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
3) BOWE CALL = setiap aktivitas/usaha mencari keuntungan.
Dalam usaha KITA HARUS; memiliki lokasi yang tepat/strategis sesuai dengan usaha, disiplin dalam usaha, dan kebiasaan/kesukaan individu yang sedang digemari di masyarakat.
LINGKUNGAN BISNIS ada 4, yaitu;
1) Lingkungan sosial - kemasyarakatan,
2) Lingkungan ekonomi,
3) Lingkungan industri, dan
4) Lingkungan global.
LINGKUNGAN SOSIAL - KEMASYARAKATAN
Demografi-nya berupa penduduk dan pelanggan/konsumen.
Dalam bisnis point lingkungan sosial - kemasyarakatan, produsen harus mengklasifikasikan;
- selera konsumen,
- tempat tinggal konsumen,
- kelompok usia konsumen, dan
- cuaca/iklim.
USAHA INSIDENTI adalah usaha musiman.
LINGKUNGAN EKONOMI
Yang harus diperhatikan adalah pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat dengan selera sangat berkaitan erat karena apabila pendapatan menurun maka selera masyarakat akan suatu barang akan rendah dan masyarakat akan mencari barang yang lebih murah dari sebelumnya.
LINGKUNGAN INDUSTRI
Lingkungan ini menyangkut kalangan penghasil barang dan jasa. Kalangan-kalangan penghasil barang dan jasa selain kita (masyarakat) atau dalam arti lebih dari satu orang dengan sasaran yang sama.
LINGKUNGAN GLOBAL
Menyangkut perubahan kebijakan-kebijakan ekonomi globa. Contohnya; perubahan harga minyak di AS berdampak di Medan.
TANGGUNGJAWAB SOSIAL SUATU BISNIS;
ETIKA = berhubungan dengan tingkah laku (jujur).
ETIS = bersoal norma umum (benar atau tidak bisnis yang dilakukan).
FAKTOR-FAKTOR BISNIS ialah; pemilik, pengelola/manajer, konsumen/nasabah, tenaga kerja/SDM.
PASAR merupakan tempat transaksi pertukaran barang antaran pembeli dengan penjual.
USAHA YANG TIDAK MENCARI KEUNTUNAN yaitu; Rumah Sakit, Panti Asuhan, Panti Jompo, Tempat Ibadah, Sukarelawan, Palang Merah Indonesia, Pemadam Kebakaran. Semuanya itu merupakan kegiatan-kegiatan sosial.
BISNIS ialah; segala bentuk kegiatan/aktivitas yang berupa finansial yang dapat menguntungkan.
PENGERTIAN BISNIS, menurut;
1) HUGUES = usaha individu dalam mencari keuntungan dengan menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kepentingan masyarakat.
2) BROWN = usaha lembaga dalam pengadaan barang/jasa untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
3) BOWE CALL = setiap aktivitas/usaha mencari keuntungan.
Dalam usaha KITA HARUS; memiliki lokasi yang tepat/strategis sesuai dengan usaha, disiplin dalam usaha, dan kebiasaan/kesukaan individu yang sedang digemari di masyarakat.
LINGKUNGAN BISNIS ada 4, yaitu;
1) Lingkungan sosial - kemasyarakatan,
2) Lingkungan ekonomi,
3) Lingkungan industri, dan
4) Lingkungan global.
LINGKUNGAN SOSIAL - KEMASYARAKATAN
Demografi-nya berupa penduduk dan pelanggan/konsumen.
Dalam bisnis point lingkungan sosial - kemasyarakatan, produsen harus mengklasifikasikan;
- selera konsumen,
- tempat tinggal konsumen,
- kelompok usia konsumen, dan
- cuaca/iklim.
USAHA INSIDENTI adalah usaha musiman.
LINGKUNGAN EKONOMI
Yang harus diperhatikan adalah pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat dengan selera sangat berkaitan erat karena apabila pendapatan menurun maka selera masyarakat akan suatu barang akan rendah dan masyarakat akan mencari barang yang lebih murah dari sebelumnya.
LINGKUNGAN INDUSTRI
Lingkungan ini menyangkut kalangan penghasil barang dan jasa. Kalangan-kalangan penghasil barang dan jasa selain kita (masyarakat) atau dalam arti lebih dari satu orang dengan sasaran yang sama.
LINGKUNGAN GLOBAL
Menyangkut perubahan kebijakan-kebijakan ekonomi globa. Contohnya; perubahan harga minyak di AS berdampak di Medan.
TANGGUNGJAWAB SOSIAL SUATU BISNIS;
ETIKA = berhubungan dengan tingkah laku (jujur).
ETIS = bersoal norma umum (benar atau tidak bisnis yang dilakukan).
BABAKAN WAKTU SEJARAH
BABAKAN WAKTU ialah babakan dan waktu tertentu di dalam cerita sejarah.
TUJUAN BABAKAN WAKTU, ialah;
- memudahkan pengertian,
- melakukan penyederhanaan,
- memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan; ada fakta dan bukti, mempunyai interelisasi satu peristiwa dengan lainnya, dan disampaikan dengan menggunakan bukti,
- klasifikasi dalam ilmu sejarah.
FAKTOR DASAR KRITERIUM BABAKAN WAKTU;
- faktor geografis (lokasi),
- faktor kronologis (waktu secara berurutan),
- babakan waktu atas dasar dinasti, keluarga raja atau wamca (wangsa),
- pembagian atas dasar agama,
- babakan waktu yang melukiskan perjuangan manusia,
- babakan waktu atas dasar ekonomi,
- babakan waktu atas dasar evolusionisme,
- faktor produksi sebagai dasar babakan waktu.
Kenyataan sejarah (historical reality).
Pandangan sejarah (historical opinion).
Sejarah Indonesia melalui beberapa zaman, yaitu;
1. Zaman Praehistoria.
Terbentuknya Nusa dan Tubuh Indonesia, maka muncullah sejarah tentang bangsa Indonesia.
Buktinya; bahan-bahan tulisan pada awah Tarikh Masehi.
2. Protohistoria.
Yaitu awal sejarah abad VII.
3. Zaman Sekarang
Pemakaian huruf dan aksara.
Babakan waktu disebut Pancaparya Sejarah Indonesia.
Babakan waktu berdasarkan kebangsaan mempunyai ciri sebagai berikut;
- menonjolkan kesatuan bangsa,
- melukiskan kebesaran dan kejayaan bangsa,
- bersumber dan berpangkal kepada kesaktian, kesatuan dan kebesaran.
TUJUAN BABAKAN WAKTU, ialah;
- memudahkan pengertian,
- melakukan penyederhanaan,
- memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan; ada fakta dan bukti, mempunyai interelisasi satu peristiwa dengan lainnya, dan disampaikan dengan menggunakan bukti,
- klasifikasi dalam ilmu sejarah.
FAKTOR DASAR KRITERIUM BABAKAN WAKTU;
- faktor geografis (lokasi),
- faktor kronologis (waktu secara berurutan),
- babakan waktu atas dasar dinasti, keluarga raja atau wamca (wangsa),
- pembagian atas dasar agama,
- babakan waktu yang melukiskan perjuangan manusia,
- babakan waktu atas dasar ekonomi,
- babakan waktu atas dasar evolusionisme,
- faktor produksi sebagai dasar babakan waktu.
Kenyataan sejarah (historical reality).
Pandangan sejarah (historical opinion).
Sejarah Indonesia melalui beberapa zaman, yaitu;
1. Zaman Praehistoria.
Terbentuknya Nusa dan Tubuh Indonesia, maka muncullah sejarah tentang bangsa Indonesia.
Buktinya; bahan-bahan tulisan pada awah Tarikh Masehi.
2. Protohistoria.
Yaitu awal sejarah abad VII.
3. Zaman Sekarang
Pemakaian huruf dan aksara.
Babakan waktu disebut Pancaparya Sejarah Indonesia.
Babakan waktu berdasarkan kebangsaan mempunyai ciri sebagai berikut;
- menonjolkan kesatuan bangsa,
- melukiskan kebesaran dan kejayaan bangsa,
- bersumber dan berpangkal kepada kesaktian, kesatuan dan kebesaran.
APAKAH SEJARAH ITU?
Sejarah berasal dari kata;
- syajara (terjadi),
- syajarah (pohon),
- syajarah annasab (pohon silsilah), dari bahasa Arab.
Sejarah,
dari bahasa Inggris ialah history,
dari bahasa Latin dan Yunani ialah historia,
dari bahasa Yunani ialah histor atau istor (orang pandai).
2 (dua) hal penting bagia sejarawan, yaitu;
1) fakta sejarah, dan
2) pengalaman.
Sejarah ialah peristiwa yang sudah terjadi.
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu.
Mitos adalah dongeng (Yunani).
Mitos dan sejarah sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos.
Sejarah ada 2 (dua), yait;
1) Sejarah Obyektif ialah kejadian/peristiwa yang terjadi di luar pengetahuan manusia,
2) Sejarah Subyektif ialah peristiwa yang terjadi sepengetahuan manusia.
Mitos menceritakan masa lalu dengan;
- waktu yang tidak jelas,
- kejadian yang tidak masuk akal bagi orang masa kini.
Sejarah memiliki ciri, waktu peristiwa jelas kapan terjadinya.
Ilmu alam bertujuan untuk menemukan hukum-hukum umum atau bersifat nomotetis.
Sejarah berusaha menuliskan hal-hal yang khas dan unik atau bersifat ideografis (ilmu yang menuliskan pikiran pelaku).
Sejarah berbeda dengan sastra, dalam 4 (empat) hal, yaitu;
- cara kerja,
- kebenaran,
- hasil keseluruhan, dan
- kesimpulan.
- syajara (terjadi),
- syajarah (pohon),
- syajarah annasab (pohon silsilah), dari bahasa Arab.
Sejarah,
dari bahasa Inggris ialah history,
dari bahasa Latin dan Yunani ialah historia,
dari bahasa Yunani ialah histor atau istor (orang pandai).
2 (dua) hal penting bagia sejarawan, yaitu;
1) fakta sejarah, dan
2) pengalaman.
Sejarah ialah peristiwa yang sudah terjadi.
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu.
Mitos adalah dongeng (Yunani).
Mitos dan sejarah sama-sama menceritakan masa lalu, sejarah berbeda dengan mitos.
Sejarah ada 2 (dua), yait;
1) Sejarah Obyektif ialah kejadian/peristiwa yang terjadi di luar pengetahuan manusia,
2) Sejarah Subyektif ialah peristiwa yang terjadi sepengetahuan manusia.
Mitos menceritakan masa lalu dengan;
- waktu yang tidak jelas,
- kejadian yang tidak masuk akal bagi orang masa kini.
Sejarah memiliki ciri, waktu peristiwa jelas kapan terjadinya.
Ilmu alam bertujuan untuk menemukan hukum-hukum umum atau bersifat nomotetis.
Sejarah berusaha menuliskan hal-hal yang khas dan unik atau bersifat ideografis (ilmu yang menuliskan pikiran pelaku).
Sejarah berbeda dengan sastra, dalam 4 (empat) hal, yaitu;
- cara kerja,
- kebenaran,
- hasil keseluruhan, dan
- kesimpulan.
Langganan:
Postingan (Atom)