Senin, 02 November 2009

KEMISKINAN SEBAGAI KETERBATASAN

I. PENDAHULUAN
Makalah ini akan membahas mengenai upaya-upaya pengentasan kemiskinan yang pernah dilakukan, bagaimana bentuk-bentuknya, dan akhir keberhasilannya. Tentu saja harus diakui bahwa makalah ini bukan hasil dari studi yang mendetail mengenai keberhasilan atau kegagalan dari suatu bentuk upaya pengentasan kemiskinan yang pernah dilakukan, tetapi makalah ini lebih berisi pikiran kasar yang coba dikemukakan berkaitan dengan kenyataan bahwa sampai saat ini bagaimanapun masalah kemiskinan belum bisa diatasi.
Kemiskinan adalah suatu fakta yang dapat kita temui dengan mudah di sekitar kita. Tidak perlu kita mengadakan suatu penelitian yang serius dan mendetail untuk dapat menggambarkan apa itu kemiskinan. Di Indonesia sekarang ini, kemiskinan dan orang-orang miskin menjadi pemandangan yang paling dominan sejauh mata kita memandang. Apabila penulis berjalan di sekitar wilayah lingkungan tempat tinggal penulis, yaitu daerah Kelurahan Sei Agul, maka dengan mudah penulis dapat menangkap realitas kemiskinan di sepanjang jalan yang hanya memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit.
Ketika berjalan ke daerah perempatan lampu merah daerah Glugur Kota, maka kita sudah disuguhi dengan nyanyian dari para pengamen jalanan dan makanan kecil oleh para pedagang asongan. Selain itu, juga akan terdapat pula para pengemis dan gelandangan yang beraksi meminta belas kasihan berupa uang receh saat lampu merah kepada pengendara sepeda motor, mobil maupun angkutan kota. Di daerah persimpangan Sekata juga banyak tukang becak yang sedang menunggu penumpang yang turun dari angkutan kota. Begitu memasuki daerah Sekata maka dapat kita temukan para pemulung yang akan mencari barang-barang bekas ke perumahan penduduk sekitar dan ada pula yang akan menyusuri sungai sampai batas yang tertentu untuk memungut barang bekas yang hanyut terbawa arus sungai.
Semua kenyataan ini kemudian menyadarkan kita bahwa ternyata ada banyak sekali orang miskin yang ada di daerah sekitar kita. Kemiskinan bukan lagi suatu konsep/istilah abstrak yang kita dengar dalam siaran-siaran televise yang kenyataan kongkretnya tidak pernah kita lihat, tetapi kemiskinan kemudaian tiba-tiba menjadi realitas pahit yang seketika itu berada di hadapan kita. Kemiskinan itu kita tangkap sebagai kepahitan yang riel dalam diri orang-orang miskin seperti; para pengamen, pedagang asongan dan kaki lima, para tukang becak dan orang-orang yang kita jumpai di sepanjang perjalanan 20 sampai 30 menit itu.
Pengamatan selama lebih kurang 20 sampai 30 menit tersebut sudah memberikan gambaran yang begitu besar mengenai realitas kemiskinan di sekitar lingkungan penulis. Dan apabila penulis melakukan pengamatan yang seksama dan teliti dalam jangka waktu yang panjang dan terus-menerus, tentu akan menangkap realitas kemiskinan yang jauh lebih besar lagi.
Kemiskinan bukanlah realitas yang sederhana yang bisa diatasi dengan cara-cara mudah dan sederhana pula. Namun demikian, kita semua optimis bahwa kemiskinan bukan pula suatu masalah yang tidak bisa diatasi sama sekali.
Upaya untuk mengatasi kemiskinan sudah dilakukan oleh banyak pihak yang dapat dikategorikan memiliki perekonomian yang tinggi. Salah satu contohnya adalah saudara kandung dari penulis dan beberapa pemuda-pemudi yang bertempat tinggal di sekitar rumah penulis, mendapatkan pekerjaan dari orang yang juga bertempat tinggal di sekitar rumah penulis, yang merupakan pemilik usaha dagang perikanan yang berdomisili di daerah Belawan. Banyak dari penduduk Indonesia yang sangat mudah jatuh ke dalam jurang kemiskinan oleh fakta-fakta seperti; sakit dan kemudian tidak bisa bekerja, pemutusan hubungan kerja (PHK), bencana alam dan lainnya.

II. PEMBAHASAN
Definisi menurut ilmu sosial
Ilmu-ilmu sosial membedakan antara kemiskinan mutlak dan kemiskinan relatif, tetapi pada umumnya kedua hal ini saling berkaitan. Yang dimaksud dengan kemiskinan mutlak adalah suatu keadaan dimana kebutuhan-kebutuhan pokok yang primer seperti pangan, sandang, papan, kesehatan (air bersih, sanitasi), kerja yang layak dan pendidikan dasar tak terpenuhi, apalagi kebutuhan-kebutuhan sekunder seperti misalnya partisipasi, rekreasi atau lingkungan hidup yang menyenangkan. Kemiskinan mutlak ini merupakan keadaan kekurangan secara fisik yang dalam bentuk ekstrimnya bisa menimbulkan kematian. Kekurangan pangan dapat menyebabkan kelaparan yang akhirnya menimbulkan penyakit busung lapar misalnya dan akhirnya membawa orang miskin itu kepada kematian. Hal yang sama bisa terjadi jika orang tidak punya sandang atau papan yang cukup dan memadai untuk menunjang kehidupannya. Kemiskinan mutlak ini menyebabkan orang tidak bisa tumbuh dan mengembangkan seluruh potensinya secara maksimal. Misalnya saja seorang pengamen yang sering kali saya temui dalam perjalanan 20 sampai 30 menit dalam perjalanan menuju kampus, ada cukup banyak dari para pengamen itu yang suaranya memang sungguh bagus daripada teman saya yang tamatan dari Sekolah Menengah Musik.
Saya berpikir, kalau mereka memiliki cukup uang untuk melatih suara mereka dalam sekolah-sekolah musik yang berkualitas, mungkin mereka akan menjadi penyanyi bagus dan terkenal. Tetapi kenyataannya mereka tidak memiliki uang sebagai sarana untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya itu, sehingga ia hanya mentok sebagai pengamen jalanan saja.
Hal yang sama juga bisa terjadi pada potensi-potensi lain dari seorang anak manusia yang miskin. Bakat seni, otak yang brilian, kemampuan motorik yang baik dan laiinnya hanya menjadi potensi terpendam yang selamanya terpendam. Potensi-potensi yang diakruniakan oleh Tuhan untuk membekali kehidupannya tidak bisa ia gunakan sampai ia kembali lagi kepada-Nya dalam kematian. Saya membayangkan betapa maju dan indahnya dunia ini seandainya semua manusia dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam diri mereka. Selain itu, kemiskinan mutlak juga membuat seseorang tidak dapat menggapai cita-citanya. Saya percaya bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini yang tidak mempunyai cita-cita dan mimpi.
Sedangkan yang kedua, kemiskinan relatif menyangkut pembagian pendapatan nasional dan berarti ada perbedaan yang mencolok antara berbagai lapisan atau kelas dalam masyarakat. Jadi, kemiskinan relatif harus diatasi, karena kemiskinan relatif biasanya berkaitan dengan masalah ketidakadilan dan ketidakmerataan pendapatan nasional. Dalam konteks Indonesia secara khusus, kebanyakan orang yang miskin relatif biasanya juga miskin mutlak. Oleh sebab itu, masalah yang paling urgen untuk dipikirkan dan diatasi dalam konteks Indonesia adalah kemiskinan mutlak.
Analisis penyebab kemiskinan
Apakah kemiskinan suatu takdir? Kalau memang kemiskinan adalah suatu takdir, berarti memang sudah ketetapan Allah SWT bahwa di dunia ini harus ada orang yang miskin, maka penyebab kemiskinan adalah jelas, Allah! Dan kalau sudah demikian tidak ada usaha apa pun yang bisa kita lakukan untuk menyingkirkan kemiskinan dari kehidupan manusia karena memang Allah menghendaki keberadaannya. Dan seluruh usaha manusia untuk mengentaskan orang-orang miskin dari keadaannya yang miskin itu akan sia-sia.
Biasanya ada dua faktor (pendekatan) yang dipakai untuk memahami penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu faktor individual dan faktor struktural. Yang dimaksud sebagai faktor individual adalah bahwa kemiskinan seseorang tidak lain disebabkan oleh orang itu sendiri, misalnya saja kemalasan dan kebodohan. Dibandingkan dengan orang jepang atau orang Barat, orang Indonesia dinilai lebih santai (malas) dalam bekerja. Itulah sebabnya Negara-negara barat dan Jepang jauh lebih kaya dan maju, sedangkan Indonesia tetap menjadi Negara yang miskin dan tertinggal.
Kalau kita kembali melihat para pedagang asongan dalam perjalanan 20 sampai 30 menit di atas, sebagian dari mereka ternyata tidak bisa digolongkan sebagai orang-orang yang malas dan kurang bekerja keras.
Mereka memiliki jam kerja yang jauh lebih panjang daripada pekerja formal, dan kalau melihat bagaimana mereka selalu mengejar dan turun-naik dari satu angkutan kota ke angkutan kota lainnya, mereka bukanlah termasuk orang yang bekerja dengan setengah hati. Sehingga pertanyaannya kemudian adalah “mengapa orang yang begitu rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja tetap saja menjadi orang yang miskin?” Tampaknya faktor kemalasan tidak bisa menjadi jawaban lagi di sini. Oleh sebab itu, kita harus mulai mencari faktor-faktor penyebab lainnya.
Lalu kita menemukan kebodohan. Ternyata orang itu tidak berpendidikan sehingga ia tidak bisa mengembangkan usahanya. Lalu kita bertanya mengapa orang itu tidak berpendidikan? Mengapa dia tidak sekolah? Mengapa biaya sekolah mahal? Dan mengapa sekolah A seakan-akan hanya diperuntukkan bagi anak-anak dari golongan A saja, karena anak-anak dari golongan B walaupun pintar tetap tidak bisa masuk ke sana? Kalau kita sudah sampai pada pertanyaan-pertanyaan seperti ini, maka kita merasa bahwa pendekatan individual ternyata sama sekali tidak memadai untuk menerangkan penyebab kemiskinan. Oleh karena iu, pendekatan struktural akan sangat menarik perhatian kita.
Dalam pendekatan struktural, penyebab kemiskinan terutama disebabkan oleh struktur masyarakat dan Negara, yaitu meliputi masalah sosial, budaya dan politik. Seringkali struktur masyarakat kita terbentuk sebagai suatu struktur yang menguntungkan sedikit orang tetapi merugikan banyak orang lainnya. Ini adalah suatu struktur yang tidak adil di Indonesia khususnya, struktur yang tidak adil ini atau bisa kita sebut sebagai ketidakadilan sosial yang berdiri hamper di semua lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sehingga ketidakadilan itu bagaikan udara yang mau tidak mau harus kita hirup setiap hari. Dari perspektif ini kita bisa memahami mengapa pedagang asongan itu tidak dapat keluar dari kemiskinannya.
Ternyata ketidakmampuannya dalam mengembangkan usahanya bukanlah semata-mata karena kesalahannya sendiri karena ia bodoh dan tak berpendidikan. Tetapi jauh lebih dalam dari itu, yang sebenarnya menyebabkan ia tidak berpendidikan dan bodoh adalah struktur masyarakat yang tidak adil dan pemerintah yang tidak peduli. Seharusnya masalah pendidikan adalah tanggungjawab pemerintah, tidak memiliki uang bukan alasan bagi seseorang tidak bisa menikmati pendidikan. Perintah seharusnya menciptakan suatu sistem pendidikan yang memungkinkan orang yang paling miskin pun bisa menikmati pendidikan sampai ke jenjang yang paling tinggi. Bukannya malah melanggengkang diskriminasi yang membatasi kaum miskin untuk menikmati pendidikan yang sangat dibutuhkan dan diinginkan.
Kembali pada pedagang asongan tadi, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kemiskinan ternyata tidak semata-mata disebabkan oleh faktor individual melainkan terutama sebenarnya oleh faktor struktural. Dan faktor struktural ini begitu besar mengambil peran dalam penciptaan kemiskinan, karena ia meliputi semua orang yang ada di dalamnya. Faktor ini berada di luar diri individu sehingga dalam banyak hal tida bisa dikendalikan oleh individu tersebut, tetapi sangat mempengaruhi individu tersebut.
Jadi, apa itu kemiskinan dan bagaimana mengatasinya?
“Apa itu kemiskinan?” adalah sangat penting untuk kita jawab, karena dari jawaban kita itulah kemudian kita dapat merumuskan metode-metode dan program-program untuk mengatasinya. Jawaban kita terhadap pertanyaan itu merupakan identifikasi kita terhadap persoalan dan esensi kemiskinan, yang mana hal itu akan menjadi penentu tepat tidaknya program dan metode yang kita pakai untuk mengatasinya. Apa itu kemiskinan? Ada dua pandangan yang saat ini dianut oleh para pecinta keadilan yang memperjuangkan penghapusan kemiskinan, yaitu yang pertama pemahaman kemiskinan sebagai kekurangan dan yang kedua pemahaman kemiskinan sebagai keterbatasan.
Kemiskinan sebagai kekurangan adalah suatu pemahaman yang memandang orang miskin adalah orang yang sepenuhnya memiliki berbagai kekurangan. Dalam pemahaman ini, letak kemiskinan tukang becak adalah terletak pada ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, dan papan bagi keluarganya. Demikian juga dilihat kemiskinan para pedagang asongan, pengamen, dan pengemis yang kita bicarakan di atas. Pemahaman mengenai kemiskinan yang seperti ini akan memunculkan program pengentasan kemiskinan yang hanya berorientasi pada membantu orang-orang miskin tersebut dalam memenuhi kekurangan-kekurangan mereka. Salah satu program pengentasan kemiskinan yang pernah dilakukan oleh Kepala Lingkungan Sei Agul adalah dengan cara memberikan bantuan sembako kepada warga yang dikatakan berada pada ekonomi lemah.
“Kemiskinan dalam pengertian konvensional pada umumnya (income) komunitas yang berada di bawah satu garis kemiskinan tertentu. Oleh karena itu, sering sekali upaya pengentasan kemiskinan hanya bertumpu pada upaya peningkata pendapatan komunitas tersebut. pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan permasalahan kemiskinan dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan komunitas. Karena permasalahan kemiskinan komunitas bukan hanya masalah ekonomi namun meliputi berbagai masalah lainnya. Kemiskinan dalam berbagai bidang ini disebut dengan “kemiskinan plural.”
Pemahaman yang kedua adalah kemiskinan sebagai keterbatasan. Dalam pemahaman ini kemiskinan dilihat sebagai halangan, rintangan, atau penindasan yang menyebabkan seseorang tidak bisa melakukan atau bergerak dengan leluasa mencapai apa yang ia inginkan. Kemiskinan adalah pengalaman ketidakberdayaan dan ketergantungan.
Seperti yang telah dicontohkan dalam pokok kemiskinan mutlak, kemiskinan menyebakan seseorang tidak bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya atau menggapai cita-citanya. Kemiskinan benar-benar berupa batu besar yang menghalangi langkah maju seseorang. Kemiskinan seperti ini terutama berada dalam bentuk struktur yang tidak adil. Ketidaberdayaan dan ketergantungan dengan sistem dan struktur yang tidak adil itu membuat kita selalu dirugikan (paling tidak kita tidak mendapat keuntungan seperti yang bisa didapat oleh orang-orang yang diuntungkan oleh sistem yang tidak adil itu) dalam setiap apa yang kita usahakan. Namun demikian kita tidak bisa melawan atau bertindak seakan-akan struktur itu tidak ada. Tidak ada ruang yang tidak ditempatinya, tidak ada tempat dimana kita bisa benar-benar bebas dari pengaruh dari kekuasaannya. Mau tidak mau kita harus hidup dan melakukan segala aktifitas kita di bawah pengaruh struktur tersebut. karena struktur itu ternyata tidak menguntungkan kita dan bahkan cenderung selalu menghalangi kita untuk maju, maka struktur itu sendiri bagi orang-orang miskin yang dirugikan adalah suatu keterbatasan. Dalam struktur ini orang-orang miskin tidak mempunyai akses/jalan pintas menuju tempat lebih tinggi karena jalan yang disediakan oleh struktur itu sangat sulit, berat dan terjal, kalau bisa dikatakan bahwa jalan-jalan itu sebenarnya memang dibuat buntu sama sekali.
Usaha pengentasan kemiskinan telah dilakukan dengan pembagian sembako, BLT (Bantuan Langsung Tunai), perubahan berbagai peraturan yang tidak berpihak kepada orang miskin, dan juga program-program peningkatan pendidikan seperti peningkatan kesejahteraan guru, peningkatan fasilitas pendidikan dan beasiswa. Bahkan lebih dari itu mengenai masalah pendidikan pemerintah telah menetapkan wajib belajar enam tahun yang kemudian ditingkatkan lagi menjadi wajib belajar sembilan tahun.
Sampai di sini pertanyaan yang sudah muncul dalam pendahuluan muncul kembali; mengapa semua usaha itu sepertinya belum berbuah apa-apa? Mengapa di Indonesia masih sangat banyak orang yang hidup dalam kemiskinan? Masalahnya ada pada skala prioritas. Saat ini usaha-usaha pengentasan kemiskinan dilakukan dengan banyak macam cara dan program tetapi semuanya tidak maksimal.
Selain itu, program-program yang dibuat kebanyakan lebih bersifat sementara dan tidak berorientasi pada usaha pemutusan lingkaran setan kemiskinan.

KOMUNIKASI DALAM BISNIS

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang berkomunikasi dengan sesamanya melalui berbagai media komunikasi yang berbentuk media elektronik maupun media non-elektronik. Media elektronik yang lazim dikenal adalah media audio-visual (televise), intercom, internet, teleconference, videoconference, telepon biasa (fixed line), dan telepon genggam/selular (mobile). Sedangkan media non-elektronik diantaranya adalah bahasa isyarat, surat-menyurat, surat kabar (Koran), majalah, dan tabloid.
Dalam dunia bisnis, orang-orang yang ada dalam organisasi di dalamnya tidak dapat lepas dari kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk pencapaian tujuan suatu organisasi atau manajemen.
PEMBAHASAN
Manajemen adalah komunikasi. Setiap fungsi manajemen dan aktivitas pasti melibatkan beberapa bentuk komunikasi baik langsung maupun tidak langsung. Apakah ketika melakukan perencanaan dan pengorganisasian atau pengarahan dan kepemimpinan para manajer mendapati diri mereka berkomunikasi dengan dan melalui orang lain. Keputusan manajemen dan kebijakan organisasi tidak akan efektif kecuali jika dipahami dengan penuh tanggungjawab oleh mereka yang akan melaksanakannya. Para ahli manajemen juga mengatasi bahwa komunikasi yang efektif adalah landasan dari perilaku organisasi yang beretika.
Banyak orang berfikir bahwa komunikasi adalah hal yang sederhana, karena orang berkomunikasi tanpa kesadaran berfikir dan upaya. Namun, biasanya komunikasi itu bersifat kompleks, dan kesempatan (peluang) untuk mengirim dan menerima pesan yang salah yang tidak terhitung.
Dua elemen umum dalam setiap situasi komunikasi adalah pengirim dan penerima. Pengirim adalah seseorang yang bermaksud mengirim sebuah gagasan atau konsep kepada orang lain, untuk mencari informasi atau untuk mengekspresikan suatu pemikiran atau emosi. Penerima adalah orang yang dikirimi pesan.
Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty, menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu system yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan (Komunikasi Bisnis, Erlangga, 2003, Drs. Djoko Purwanto, M.B.A.). Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau lebih dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan oleh seseorang dengan cara lisan maupun tulisan.
Komunikasi terbagi tiga (3), yaitu:
1. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communications), merupakan bentuk komunikasi yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Komunikasi lintas budaya (intercultural/cross-cultural communication), merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih, yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda,
3. Komunikasi bisnis, merupakan komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis.
Pada dasarnya, ada dua bentuk komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis, yaitu komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi Verbal (Verbal Communications) merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain melalui tulisan maupun lisan yang mempunyai struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Contoh komunikasi verbal dalam dunia bisnis adalah membuat dan mengirim surat pemesanan barang (order) kepada pihak lain.
Pada umumnya, untuk mengirimkan pesan-pesan bisnis, orang lebih senang berbicara (speaking) daripada menulis (writing) suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif lebih mudah, praktis, dan cepat dalam penyampaian pesan-pesan bisnis. Bagi para pelaku bisnis, penyampaian pesan dengan tulisan relatif jarang. Penerima pesan berdasarkan alasan ini menggunakan indera pendengaran. Mendengarkan (listening) melibatkan keterampilan memahami baik fakta maupun perasaan untuk mengintrepertasikan arti pesan sesungguhnya. Setelah mendengar, seseorang baru dapat memberi tanggapan yang benar. Meskipun demikian, bukan berarti komunikasi lewat tulisan tidak penting. Hal ini karena tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan. Adapun bentuk-bentuk komunikasi tertulis dalam dunia bisnis mencakup surat-surat bisnis, memo, dan laporan.
Orang-orang yang terlibat dalam dunia bisnis cenderung lebih suka mencari atau memperoleh informasi tetapi jarang menyampaikan informasi. Untuk melakukan hal tersebut, memerlukan keterampilan mendengan (listening) dan membaca (reading).
Komunikasi Non Verbal mengacu kepada pesan yang dikirim melalui tindakan dan perilaku yang manusiawi daripada sekedar kata-kata. Komunikasi Non Verbal (Non Verbal Communications) merupakan bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis adalah komunikasi nonverbal. Menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan kata-kata, manusia telah menggunakan gerakan tubuh, bahasa tubuh sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Contoh perilaku yang menunjukkan komunikasi nonverbal adalah menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau keheranan. Komunikasi nonverbal kebanyakan terjadi pada saat tatap muka.
Pendek kata, dalam komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang lain, baik rasa senang, benci, cinta, rindu dan berbagai macam perasaan lainnya. Pada umumnya, bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari. Sebagai contoh, seseorang akan mengalami kesulitan bila menyuruh orang lain untuk mengambil buku kerja di suatu tempat yang terdapat beragam warna maupun judul bukunya dengan menggunakan bahasa nonverbal.
Komunikasi nonverbal juga lebih bersifat spontan dibandingkan dengan komunikasi verbal dalam hal penyampaian suatu pesan. Pada umumnya, sebelum menyampaikan sesuatu, seseorang sudah memiliki suatu rencana tentang apa yang ingin dikatakan.
Kebaikan dari komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Komunikasi nonverbal penting artinya bagi pengirim dan penerima pesan, karena sifatnya yang efisien. Suatu pesan nonverbal dapat disampaikan tanpa harus berpikir panjang, dan pihak audiens juga dapat menangkap artinya dengan cepat.
Meskipun komunikasi nonverbal dapat berdiri sendiri, namun seringkali berkaitan dengan ucapan (lisan). Komunikasi nonverbal mempunyai enam tujuan, yaitu:
1. menyediakan/memberikan informasi,
2. mengatur alur suatu percakapan,
3. mengekspresikan emosi,
4. memberi sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan pesan-pesan verbal,
5. mengendalikan atau mempengaruhi orang lain.
6. mempermudah tugas-tugas khusus.
Dalam dunia bisnis, komunikasi nonverbal dapat membantu menentukan kredibilitas dan potensi kepemimpinan seseorang. Dengan kata lain, seorang manajer (pemimpin) sekaligus harus dapat menjadi komunikator yang baik. Ia harus tahu bagaimana menyampaikan pesan-pesan bisnis yang harus disampaikan.
Komunikasi memerlukan proses yang cukup panjang. Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil dalam Business Communication Today, proses komunikasi (communication process) terdiri atas enam tahap, yaitu:
1. pengirim mempunyai ide atau gagasan,
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan harus menyiapkan ide apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain (audiens). Pesan adalah rumusan berwujud dari gagasan yang dikirim kepada penerima. Persepsi adalah hal yang unik, ide yang disampaikan seseorang mungkin akan ditafsirkan secara berbeda oleh orang lain. Seorang komunikator yang baik harus dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan, dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang memang penting dan relevan. Dalam dunia komunikasi, proses tersebut dikenal sebagai abstraksi (abstraction).
2. pengirim mengubah ide tersebut menjadi sebuah pesan,
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesa harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya.
3. pengirim menyampaikan pesan,
Rantai saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relative pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Panjang-pendeknya rantai saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila pesan yang panjang disampaiakn secara lisan, pesan tersebut bisa bertentangan dengan pesan aslinya. Di samping itu, dalam menyampaikan suatu pesan, berbagai media komunikasi dapat digunakan, media tulisan maupun lisan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan. Selain itu, pengirim juga harus memilih simbol yang digunakan untuk mengirim pesan.
4. penerima menerima pesan,
Komunikasi antaraseseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menrima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya.
5. penerima menafsirkan pesan,
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat manafsirkan pesan dan menerjemahkan simbol yang digunakan dalam pesan untuk menginterpretasikan arti. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.
6. penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu proses komunikasi. Feedback merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu terhadap pengirim pesan.
Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi, karena memberikan kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Selain itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikai, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.
Tidak semua proses komunikasi itu dapat berjalan dengan lancar. Salah satu ketidaklancaran proses komunikasi yang dilakukan adalah munculnya kesalahpahaman. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Faktor-faktor penghambat komunikasi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat masalah utama. Masalah tersebut adalah:
1. Masalah dalam mengembangkan pesan.
Sumber masalah potensial dalam mengembangkan suatu pesan adalah dalam memformulasikan suatu pesan. Masalah dalam mengembangkan suatu pesan dapat mencakup antara lain munculnya keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau masih asing dengan audiens, adanay pertentangan emosional, atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan.
2. Masalah dalam menyampaikan pesan.
Komunikasi dapat juaga terganggu karena munculnya masalah dalam mendapatkan pesan dari pengirim ke penerima. Masalah dalam penyampaian pesan yang paling jelas adalah faktor fisik. Misalnya, pada saat menggunakan sound system terdapat sambungan kabel yang kurang baik (antara tersambung dan tidak, sehingga muncul suatu grak-grek), kualitas suara sound system yang kurang baik, lampu penerangan tiba-tiba padam, audiens terhalang oleh pilar (tiang bangunan), dan tidasan surat yang tak terbaca.
Jika anda sedang menyampaikan presentasi makalah atau kertas kerja, sebaiknya memilih tempat yang memungkinkan audiens dapat melihat dan mendengar dengan jelas apa yang disampaikan.
Masalah lain yang muncul dalam penyampaian suatu pesan adalah bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang saling berlawanan atau bermakna ganda. Bila dua buah pesan disampaikan melalui saluran penghubung yang cukup panjang. Orang terakhir yang menerima pesan mungkin hanya dapat menangkap sebagian kecil saja dari orang yang pertama atau bahkan pesan yang disampaikan bisa jadi bertentangan dengan pesan aslinya.

3. Masalah dalam menerima pesan.
Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya persaingan antara penglihatan dengan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang kurang teran, dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima.
Dalam beberapa kasus, gangguan atau masalah penerimaan pesan dapat muncul berkaitan dengan kesehatan si penerima pesan. Mislnya, pendengaran yang kurang baik, penglihatan yang mulai kabur atau bahkan sakit kepala, juga dapat mengganggu penerima dalam menerima suatu pesan. Meskipun hal tersebut tidak memblok (menghambat) jalur komunikasi secara total, tetapi dapat mengurangi konsentrasi si penerima pesan. Barangkali gangguan yang paling umum terjadi adalah kurangnya konsentrasi selama melakukan komunikasi.
4. Masalah dalam menafsirkan pesan.
Meskipun suatu pesan mungkin hilang selama proses penyampaian pesan terjadi, namun masalah terbesar adalah pada mata rantai terakhir, di mana suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang, perbendaharaan bahasa, dan pernyataan emosional, dapat menimbulkan munculnya kesalahpahaman antara pengirim dan penerima pesan.
Seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki pengalaman dan harapan yang serupa, maka apa yang dia katakana secara otomatis cocok dengan kerangka berfikir dirinya. Bila seseorang menghadapi orang yang memiliki latar belakang berbeda, apa yang dia katakana mungkin akan ditafsirkan dari sudut pandang yang berbeda. Masalah dalam memahami pesan-pesan sebenarnya terletak pada bahasa, yang menggunakan kata-kata sebagai simbol untuk menggambarkan suatu kenyataan.
Suatu hal yang cukup menarik bahwa seseorang mungkin bereaksi secara berbeda terhadap kata yang sama pada keadaan yang berbeda. Suatu pesan yang jelas dan dapat diterima di suatu kondisi, namun dalam situasi yang berbeda suatu kata dapat membingungkan. Hal ini tergantung pada hubungan emosional antara penerima dan pengirim pesan.
Dalam melakukan komunikasi, kadang-kadang hasilnya tidak sesuati dengan apa yang kita harapkan. Dengan kata lain, komunikasi yang kita lakukan tidak bisa efektif, tidak mencapai sasaran dengan baik. Untuk melakukan komunikasi yang efektif memerlukan beberapa hal, yaitu:
- Persepsi,
Komunikator harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang akan disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Bila prediksinya tepat, audiens akan membaca dan menerima tanggapannya dengan benar. Audien sebagai penerima pesan, lalu akan mengantisipasi reaksi mereka, dengan tetap melakukan penyesuaian untuk menghindari kesalahpahaan dalam komunikasi yang dilakukan.
- Ketepatan,
Secara umum, audiens mempunyai suatu kerangka berpikir. Agar komunikasi yang dilakukan mencapai sasaran, maka seseorang perlu mengekspresikan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam kerangka berpikir mereka. Apabila hal itu diabaikan, maka yang muncul adalah miscommunications.

- Kredibilitas,
Komunikator perlu memiliki suatu keyakinan bahwa para audiensnya adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Demikian juga sebaliknya, komunikator harus mempunyai suatu keyakinan akan inti pesan dan maksud yang ingin mereka sampaikan.
- Pengendalian,
Audiens akan memberikan suatu reaksi atau tanggapan terhadap pesan yang disampaikan. Reaksi mereka dapat membuat komunikator tertawa, menangis, bertindak, mengubah pikiran, atau lemah lembut. Hal ini ditentukan oleh intensitas reaksi yang dilontarkan audiens terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator. Sebaliknya, reaksi audiens tergantung pada berhasil atau tidaknya komunikator mengendalikan audiensnya saat melakukan komunikasi.
- Keharmonisan,
Komunikator yang baik tentu akan selalu dapat menjaga hubungan persahabatan yang baik dengan audiens, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannay. Seorang komunikator yang baik juga akan menghormati dan berhasil memberi kesan yang baik kepada audiensnya.
Komunikasi yang efektif dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dengan memperhatikan tiga hal sebagai berikut:
1. Membuat suatu pesan secara lebih berhati-hati,
Langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi adalah memperhatikan maksud dan tujuan berkomunikasi dan audiens yang dituju. Katakan apa yang dikehendaki audiens, gunakan bahasa yang jelas, dan mudah dipahami, tidak bertele-tele, jelaskan poin yang penting, dan jangan lupa tekankan dan telaah ulang poin-poin yang penting.
2. Minimalkan gangguan dalam proses komunikasi
Melalui pemilihan saluran komunikasi yang hati-hati, komunikator dapat membuat audiensnya lebih mudh memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan dengan cara lisan (oral) akan efektif bila lokasi atau tempat penyampaian pesan memiliki kondisi yang teratur, rapi dan nyaman, ruangan yang sejuk, dan sebagainya.
3. Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan.
Agar pemberian umpan balik tersebut memberikan suatu manfaat yang cukup berarti, cara dan waktu penyampaiannya harus direncanakan dengan baik. Kalau komunikator menghendaki umpan balik yang cepat, dapat dipilih sarana komunikasi yang cepat, misalnya melalui tatap muka atau melalui telepon. Tetapi, bila mpan balik yang cepat terlalu dipentingkan, sarana tulisan (surat) dapat menjadi alternatif yang baik untuk menyampaikan pesan.

PENUTUP
Komunikasi dalam dunia bisnis merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan bagi pencapaian tujuan suatu organisasi. Tetapi, seringkali orang mengabaikan arti pentingnya komunikasi dalam dunia bisnis. Saluran komunikasi formal adalah saluran apa yang mengalir dalam rantai komando atau tanggungjawab tugas yang didefinisikan oleh organisasi.
Secara garis besar, ada dua bentuk komunikasi yang paling mendasar, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan baik melalui tulisan maupun lisan, misalnya dalam bentuk surat, laporan, memo, rapat kerja, dan sejenisnya. Sedangkan komunikasi nonverbal merupakan komuniksi yang digunakan tidak lewat tulisan maupun lisan, seperti menggunakan bahasa isyarat (body language), symbol, uniform, ekspresi wajah, lambing (logo) perusahaan, jarak saat berbicara, dan warna.
Dalam kaitannya dengan proses komunikasi, ada lima tahapan yang perlu diperhatikan yaitu adanya ide atau gagasan, mengubah ide ke dalam suatu pesan, menyampaikan pesan, penerimaan pesan, menafsirkan pesan, dan memberikan respons dan umpan balik (feedback).
Dalam komunikasi seringkali muncul kesalahpahaman baik dalam mengembangkan pesan, menyampaikan pesan, dalam menerima pesan, maupun dalam menafsirkan suatu pesan. Kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat diatasi dengan memperhatikan persepsi lawan bicara, ketepatan penyampaiannya, kredibilitas pengirim pesan, dan kemampuan mengendalikan pesan.
Jadi, komunikasi (communication), adalah proses dimana informasi dipertukarkan dan dimengerti oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan maksud untuk memotivasi atau mempengaruhi perilaku.

DAFTAR PUSTAKA
Richard. 2003. Manajemen, Erlangga: Jakarta.

Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Erlangga: Jakarta.

Kreitner, Robert, dkk. 2005. Perilaku Organisasi (Organization Behaviour), Salemba Empat: Jakarta.

Veithzal. 2004 Kiat Memimpin dalam Abad ke-21. Radja Grafindo: Jakarta.

Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Bisnis: Bumi Aksara.

Robbins, Stephen. 2002. Perilaku Organisasi. Printice Hall: Jakarta.

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

Study masyarakat Indonesia = suatu teknik untuk mempelajari masyarakat Indonesia secara
global.

Tujuannya :
Passing over (melintas batas), memampukan kita untuk beradaptasi.

Masyarakat secara etimology berasal dari akar kata bahasa arab yaitu “syaraka” yang berarti ikut serta atau berpartisipasi.
Dalam bahasa Arab, masyarakat berarti “saling bergaul”
Dalam bahasa Inggris, society
Dalam bahasa Latin, socius
Dalam bahasa Arab, Mujtama

Masyarakat = sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi antar sesame.
Contoh; kumpulan mahasiswa di kampus.

Perkumpulan orang-orang yang menonton pertandingan sepak bola tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat karena perkumpulan tersebut hanya terjadi sesaat (tidak terus menerus).

Yang membuat satu-kesatuan manusia menjadi masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupuannya dalam batas kesatuan yaitu:
- adat istiadat yang khas
- kontinuitas/ berkesinambungan/ terus-menerus
- mempunyai norma-norma dan hukum-hukum
- interaksi/ saling ketergantungan yang dinamis
- suatu rasa identitas yang kuat

Dalam kehidupan bermasyarakat ada kita kenal berbagai istilah sosial, yaitu permbedaan/ penggolongan dilakukan oleh pihak luar kategori itu sendiri dengan suatu maksud praktis tertentu.

Kategori itu terbagia atas;
- kategori ibu RT
- kategori pendidikan (SD, SMP, SMA)
- kategori pekerja (formal dan non formal; PNS, Pegawai Swasta)
- kategori usia pernikahan (wanita 18 tahun)
- kategori pemilihan (PEMILU, PILKADA)

Suatu kategori sosial tidak terikat oleh kasatuan; adat; sistem nilai; norma; tidak mempunyai lokasi, organisasi, pimpinan.

Golongan sosial. Pembedaan golongan yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri yaitu lapisan/ kelas sosial.

Kelompok dan perkumpulan. Kata kuncinya adalah “makin besar dan kompleksi masyarakat itu maka makin banyak juga kelompok dan perkumpulan di dalamnya”.

Pranata dan Lembaga.
Pranata = sistem norma/ aturan-aturan yang mengenai aktivitas suatu masyarakat yang khusus. Lembaga (institusi) = badan atau organisasi yang melaksanakan aktivitas masyarakat.

Kesatuan hidup setempat ► community ► komunitas

Komunitas berbeda dengan kelompok kekerabatan.

Komunitas ► kesatuan social.

Komunitas itu merupakan kesatuan yang tidak hanya ada karena ikatan kekerabatan tetapi karena ikatan tempat kehidupan.

Sifat dari komunitas ada 3, yaitu; wilayah, cinta wilayah, kepribadian kelompok.

Wilayah = suatu tempat/ tutorial dimana masyarakat itu berada.

KOMUNITAS KECIL
Komunitas kecil = kelompok-kelompok dimana warganya semuanya masih bisa saling kenal mengenal dan saling bergaul
Karena sifatnya yang kecil, maka bagian-bagian kelompok tidak ada keberagaman.
Komunitas kecil = kelompok dimana manusia dapat menghayati sebagian besar dari lapangan-lapangan kehidupannya secara bulat.

Bentuk-bentuk komunitas dalam masyarakat;
1. kelompok berburu atau band yang hidup berpindah-pindah.
2. desa atau village (rural) merupakan suatu kelompok hidup kecil yang menetap dalam suatu wilayah tetap (desa-desa merupakan pusat-pusat kehidupan para petani)
3. perkotaan (urban) merupakan suatu kelompok hidup yang didasarkan atas asas daya guna.

Solidaritas komunitas;
1. prinsip timbal balik
Sebagai penggerak masyarakat dalam komunitas kecil sering tampak adanya saling tolong-menolong yang besar, sehingga sering seluruh kehidupan masyarakat tersebut berdasarkan rasa yang terkandung dalam jiwa bangsanya. Kata kuncinya; “tanpa bantuan sesamanya, orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya”. Dalam prinsip ini, ada 3 rasa yaitu: rela, spontan dan balasa jasa.
2. prinsip gotong-royong tolong-menolong
Macam-macamnya ialah: aktivitas pertanian, sawah, lading; aktivitas sekitar rumah; aktivitas pesta dan upacara adapt; aktivitas peristiwa kecelakaan, bencana, kemalangan (kematian)
3. gotong royong
Aktivitas untuk menyelesaikan proyek tertentu yang berguna untuk umum.
4. solidaritas dalam masyarakat perkotaan yang serba kompleks.
Orang tidak amat perlu lagi akan sesamanya karena lapangan-lapangan keperluan hidup individu itu banyak terbagi dalam berbagai macam lembaga atau institusi dan organisasi yang dapat mengurusi segala keperluannya. (contoh; catering).

Ciri-ciri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk ditandai dengan perbedaan;
1. suku bangsa,
2. adat istiadat,
3. sifat kedaerahan, dan
4. agama.
Meskipun demikian, semua itu terangkum dalam “BHINNEKA TUNGGAL IKA”